Krisis Moral Anak di era globalisasi



Krisis Moral Anak di era globalisasi
Permasalahan saat ini, perubahan zaman membawa dampak bagi seluruh Negara. Dengan adanya perubahan zaman, pola pikir manusiapun ikut berubah. Perubahan zaman membawa dampak positif maupun negatif. Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan Globalisasi. Globalisasi adalah kecenderungan umum terintegrasinya kehidupan masyarakat domestik/lokal ke dalam komunitas global di berbagai bidang. Akibat adanya Era Globalisasi membawa pengaruh kepada seluruh aspek, baik dari segi Pendidikan, Ekonomi, Sosial, IPTEK, bahkan moral suatu bangsa pun mengalami perubahan khususnya pada anak usia dini.
Krisis moral anak pun sangat memprihatinkan. Moral atau perilaku anak di Indonesia mengalami perubahan karena adanya pengaruh dari Negara luar yang dibawa ke Indonesia. Itu semua langsung diserap begitu saja tanpa memikirkan atau memilah perilaku yang seharusnya di ambil oleh anak di Indonesia. Dahulu, moral anak Indonesia bisa diacungkan jempol. Dilihat dari tatakramanya, sopan santun dan tutur bahasanya yang baik. Tetapi kini, moral atau perilaku anak remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak sekali perilaku-perilaku menyimpang yang kian marak terjadi di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan tersebut sebagian besar dilakukan atau dialami oleh anak usia dini maupun anak remaja saat ini. Penyimpangan yang dilakukan biasaya seperti, melemahnya sopan santun kepada orang yang lebih tua, tata bahasanya lebih kasar dan lain-lain. Kejadian itu sangat memprihatinkan bagi bangsa Indonesia karena anak remaja saat ini merupakan generasi penerus bangsa.
Jika moral anak terus menyimpang dan menurun dari yang sebelumnya mau seperti apa generasi selanjutnya. Tidak akan ada sopan satun lagi untuk mengahargai orang yang lebih tua dan mungkin negara ini akan hancur dikarenakan moral semakin buruk. Dan nantinya pun anak tidak akan bisa memilih mana yang benar dan yang buruk. Anak akan menerapkan moral yang buruk sampai ia dewasa. Anak akan terus belajar hal – hal buruk dan semakin berkembangnya zaman moral anak akan terus terjajah.
Istilah moral berasal dari kata latin “mos” (moris), yang berarti adat – istiadat, kebiasaan, peraturan/nilai – nilai atau tatacara kehidupan. Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai –nilai atau prinsip – prinsip moral.
Menurut Santrock pada tahun 1995, perkembangan moral adalah perkembangan yang berkaitan dengan aturan dan kontrovesi mengenai apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia dalam interaksinya dengan orang lain. Seiring anak – anak berkembang , mereka menjadi kurang bergantung pada hadiah dan hukuman dari luar dan lebih bergantung pada suatu rasa pribadi tentang benar dan salah. Ini dianggap mencerminkan internalisasi mereka atas kode moral masyarakat. Perubahan dari kode moral ekternal ke internal ini merupakan fokus utama dalam banyak penelitian dan teori bidang ini.
Menurut Widjaja (1985:154) menyatakan bahwa moral adalah ajaran baik dan buruk tentang perbuatan dan kelakuan (akhlak). Sementara itu Wila Huky, sebagaimana yang dikutip oleh Bambang Daroesono (1986:22) merumuskan pengertian moral secara kompeherensip sebagai perangkat ide-ide tentang tingkah laku hidup, dengan warna dasar tertentu yang dipegang oleh sekelompok manusia di dalam lingkungan tertentu, ajaran tentang tingkah laku hidup yang baik berdasarkan pandangan hidup atau agama tertentu, sebagai tingkah laku hidup manusia, yang mendasarkan pada kesadaran bahwa ia terikat oleh keharusan untuk mencapai yang baik, sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku dalam lingkungannya .
W.J.S.Poerdarminta menyatakan bahwa moral merupakan ajaran tentang baik buruknya perbuatan dan kelakuan.Dewey mengatakan bahwa moral sebagai hal-hal yang berhubungan dengan nilai- nilai susila. Baron dkk. Mengatakan bahwa moral adalah hal-hal yang berhubungan dengan larangan dan tindakan yang membicarakan salah atau benar.Magnis-Susino mengatakan bahwa moral selalu mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia, sehingga bidang moral adalah bidang kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia.
Secara umum, Moral dapat diartikan sebagai batasan pikiran, prinsip, perasaan, ucapan, dan perilaku manusia tentang nilai-nilai baik dan buruk atau benar dan salah. Moral merupakan suatu tata nilai yang mengajak seorang manusia untuk berperilaku positif dan negatif.
Sedangkan moralitas merupakan kemauan untuk menerima dan melakukan peraturan, nilai-nilai atau prinsip-prinsip moral. Nilai-nilai moral itu, seperti:
a. Seruan untuk berbuat baik kepada orang lain, memelihara ketertiban dan keamanan, memelihara kebersihan dan memelihara hak orang lain, dan
 b. Larangan mencuri, berzina, membunuh, meminum-minumanan keras dan berjudi.

Menurut Soejono Soekanto norma-norma yang ada dalam masyarakat mempunyai kekuatan mengikat yang berbeda-beda. Ada norma yang lemah, yang sedang sampai yang terkuat ikatannya. Pada yang terakhir, umumnya anggota-anggota masyarakat pada tidak berani melanggarnya. Untuk dapat membedakan kekuatan mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis mengikat norma-norma tersebut, secara sosiologis dikenal adanya empat pengetian,yaitu : cara (usage), kebiasaan (folkways), tata kelakuan (mores), dan adat istiadat (custom).
Moral berkaitan dengan kemampuan untuk membedakan antara perbuatan yang benar dan yang salah. Dengan demikian, moral merupakan kendali dalam bertingkah laku. Seseorang dapat dikatakan bermoral, apabila tingkah laku orang tersebut sesuai dengan nilai-nilai moral yang dijunjung tinggi oleh masyarakat.Perkembangan moral (moral development) berhubungan dengan peraturan-peraturan dan nilai-nilai mengenai apa yang harus dilakukan seseorang dalam interaksinya dengan orang lain. Anak-anak ketika dilahirkan tidak memiliki moral (imoral). Tetapi dalam dirinya terdapat potensi yang siap untuk dikembangkan. Karena itu, melalui pengalamannya berinteraksi dengan orang lain (dengan orang tua, saudara dan teman sebaya), anak belajar memahami tentang perilaku mana yang baik, yang boleh dikerjakan dan tingkah laku mana yang buruk, yang tidak boleh dikerjakan. Namun, moral Anak pada era globalisasi ini telah menyimpang dari ajaran tentang tingkah laku hidup atau ajaran agama tertentu yang berlaku di dalam lingkungan masyarakat.
Teknologi global pun juga ikut mempengaruhi krisis moral pada anak. Anak zaman sekarang lebih mementingkan android nya. Bahkan anak zaman sekarang sudah mengerti cara bermain android dikarenakan pada usia dini anak – anak sudah diberikan handphone oleh orang tuanya.  Semakin berubahnya zaman pendidikan yang diberikan oleh orang tua semakin memperbolehkan anak memegang teknologi. Peraturan yang dibuat orang tua pun tidak di jalankan dengan baik dan orang tua zaman sekarang kurang tegas dalam mendidik anak. Pada abad 21 ini orang tua lebih sering menuruti kemauan anak dibanding mendidik anak untuk mengikuti peraturan yang telah disepakati antara orang tua dan anaknya. Pada akhirnya peraturan itu sering dilanggar oleh anak dan orang tua pun terkadang tidak memberikan konsekuensi jika anak melanggar peraturan bersama.
Proses perkembangan moral anak terjadi atas beberapa cara yaitu :
1.        Pendidikan langsung, yaitu melalui penanaman pengertian tentang tingkah laku yang benar dan salah, atau baik dan buruk oleh orangtua, guru atau oleh orang dewasa lainnya. Jika orang tua mengajarkan sesuatu yang baik maka tugas perkembangan anak akan baik dan sebaliknya. Penanaman sewaktu kecil sangat berpengaruh pada tugas perkembangan anak sampai anak menginjak umur dewasa.
2.        Identifikasi, yaitu dengan cara mengidentifikasi atau meniru penampilan atau tingkah laku moral seseorang yang menjadi idolanya seperti orang tua, guru, kiai atau orang dewasa lainnya. Kita juga harus menjaga cara bicara dan tingkah laku kita didepan anak. Anak akan meniru apa yang kita lakukan dan anak pula anak meniru bahasa yang kita pakai sehari – hari.
3.        Proses coba – coba (trial and error), yaitu dengan cara mengembangkan tingkah laku moral secara coba – coba. Tingkah laku yang mendatangkan pujian atau penghargaan akan terus dikembangkan, sementara tingkah laku yang mendatangkan hukuman atau celaan akan dihentikan.
4.        Introvert dan ekstrovert, Introvert yaitu kecenderungan seseorang untuk menarik diri dari lingkungan sosialnya, minat, sikap atau keputusan – keputusan yang di ambil selalu berdasarkan perasaan dan pengalamannya sendiri. Orang – orang yang berkencenderungan introvert biasanya bersifat pendiam dan kurang bergaul bahkan seakan – akan tidak membutuhkan bantuan orang lain, karena kebutuhannya dapat dipenuhi sendiri. Sedangkan ekstrovert, yaitu kecenderungan seseorang untuk mengarahkan perhatian keluar dirinya, sehingga segala minat, sikap dan keputusan – k eputusan yang diambil lebih banyak ditentukan oleh orang lain atau berbagai peristiwa yang terjadi di luar dirinya. Orang yang memiliki kecenderungan ekstrovert biasanya mudah bergaul,ramah,aktif, banyak berinisiatif serta banyak temannya.

Menurut Green, sikap merupakan kesediaan bereaksi individu terhadap suatu hal, sikap berkaitan dengan motif dan mendasari tingkah laku seseorang. Tingkah laku adalah implementasi dari sikap yang diwujudkan dalam perbuatan.
Dalam hal ini aliran Psikonalisis tidak membeda-bedakan antara moral, norma dan nilai. Semua konsep itu menurut Freud menyatu dalam konsepnya super ego. Super ego sendiri dalam teori Freud merupakan bagian dari jiwa yang berfungsi untuk mengendalikan tingkah laku ego, sehingga tidak bertentangan dengan masyarakat.Dari hasil penyelidikan kohlberg mengemukakan 6 tahap (stadium) perkembangan moral yang berlaku secara universal dan dalam urutan tertentu.


Tingkat
Tahap
Deskripsi
Tingkat I
Penalaran pra
Konvensional
Tahap 1
Moralitas
Heteronomus

Perilaku moral dikaitkan dengan hukuman. Apapun yang di hargai adalah baik; apapun yang di hukum adalah buruk. Anak – anak mematuhinya karena takut dihukum.

Tahap 2
Individualisme ,
Tujuan dan pertukaran instrumental
Mengejar kepentingan –kepentingan individual dipandang sebagai hal yang benar untuk dilakukan. Karena itu, perilaku dinilai baik bila memenuhi kebutuhan – kebutuhan atau kepentingan – kepentingan pribadi.
Tingkat II
Penalaran
konvensional
Tahap 3
Ekspektasi – ekspektasi antarpribadi timbal balik, keselarasan hubungan dan antar pribadi
Rasa percaya, kasih sayang dan kesetiaan di hargai dan di pandang sebagai basis penilaian moral. Anak – anak dan remaja mungkin mengadopsi standar – standar moral orang tua mereka agar dianggap sebagai anak yang “baik”.

Tahap 4
Moralitas
Sistem – sistem sosial
“baik” di tentukan oleh hukum – hukum masyarakat, dengan melakukan tugas masing – masing. Hukum harus dipatuhi , bahkan jika itu tidak adil. Aturan dan hukum dipatuhi karena diperlukan untuk menjaga tatanan sosial. Keadilan harus di pandang sebagai hal yang harus ditegakkan.
Tingkat III
Penalaran pasca
konvensional
Tahap 5
Kontrak sosial
Dan hak – hal individualis
Nilai – nilai, hak – hak dan prinsip – prinsip melampaui hukum. “baik” dipahami dalam berkaitan dengan nilai – nilai dan prinsip – prinsip yang telah di sepakati masyarakat. Validasi hukum di evaluasi dan diyakini bahwa itu harus diubah jika tidak mempertahankan dan melindungi hak – hak dan nilai – nilai dasar manusia

Tahap 6
Prinsip – prinsip etika universal
Pada tahap ini individu telah mengembangkan suatu kode moral internal yang didasarkan pada nilai – nilai universal dan hak – hak manusia yang mendahului aturan – aturan dan hukum – hukum sosial. Ketika dihadapkan pada konflik antara hukum dan nurani, nurani akan diikuti meski ini dapat melibatkan risiko pribadi

Pengaruh Yang Ditimbulkan Globalisasi Terhadap Moral Suatu Bangsa Arus modernisasi dan globalisasi itu mempunyai banyak nilai positif dan negatifnya: Segi positifnya, informasi yang didapat menjadi lebih cepat dan akurat daripada masa-masa sebelumnya yang kebanyakan masih menggunakan cara-cara manual. Selain itu, semua orang juga merasa senang apabila ikut serta terhadap perkembangan zaman. Mereka tidak mau dikatakan ketinggalan zaman. Malah orang yang tidak mengikuti era globalisasi ini seringkali diejek oleh teman sejawatnya.
 Sisi negatif dari arus modernisasi dan globalisasi pun juga tak kalah sedikitnya, fasilitas- fasilitas yang ada di era globalisasi ini sebagian besar disalahgunakan oleh para penggunanya. Contoh, internet sekarang ini sering dijadikan arena untuk mencari situs-situs porno, handphone digunakan untuk menyimpan data-data yang tidak mendidik moral seseorang, dan lain-lain. Pengaruh globalisasi terhadap remaja itu begitu kuat. Pengaruh globalisasi tersebut telah membuat banyak remaja kehilangan moral dan kepribadian diri sebagai bangsa Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan gejala- gejala yang muncul dalam kehidupan sehari- hari remaja sekarang. Dari cara berpakaian banyak remaja - remaja kita yang berdandan seperti selebritis atau lebih banyak meniru artis-artis yang sering mereka lihat ditelevisi. Mereka menggunakan pakaian yang minim bahan yang memperlihatkan bagian tubuh yang seharusnya tidak kelihatan yang cenderung mengacu pada kehidupan Negara Barat atau Luar Negeri. Beberapa penyebab Berikut rusaknya moral bangsa kita, antara lain:
  1.  Pengaruh Budaya Luar (globalisasi), adalah hal yang mungkin menjadi penyebab rusaknya moral bangsa Indonesia, tak dapat dipungkiri pengaruh budaya barat merusak moral bangsa ini. Sebagai contoh free sex dan pergaulan bebas masuk ke Indonesia dari merangseknya budaya barat ke negeri ini. Bahkan kebanyakan anak terus merubah dirinya untuk menjadi lebih modern dan bisa mengikuti gaya – gaya orang luar negeri.
  2. Kurangnya Agama, Ini juga bisa menjadi sebab rusaknya bangsa Indonesia. Jika agama yang kita miliki kuat maka tentu saja kita akan takut berbuat dosa. Sehingga tidak akan ada kejahatan atau paling tidak kejahatan akan sangat minim dalam negeri ini. Tetapi pada kenyataannya masih banyak kejahatan yang dilakukakn seperti mencuri,korupsi dan lain sebagainya. Mereka tidak memikirkan konsekunsi atas apa yang mereka lakukan.
  3. Salahnya Sistem Pendidikan Indonesia, Ini juga bisa menjadi penyebab rusaknya moral di Indonesia. Sebagaimana kita tahu anak – anak menghabiskan banyak waktunya di dalam sekolah. Sayangnya sekolah sekarang hanya identik untuk mencari ilmu duniawi saja dan jarang ada yang sekolah yang juga mengajarkan aspek – aspek moral, Jikalau ada, porsinya sangat minim. Pendidikan saat ini bukan melandaskan moral anak tetapi lebih kepada prestasi sang anak. Ini sangat disayangkan, karena didalam pendidikan harusnya mencangkup semua yang dibutuhkan anak. Dan anak pun mendapatkan pendidikan tentang moral. Agar moral di zaman era globalisasi ini tidak semakin merosot dan tidak menghancurkan generasi bangsa selanjutnya.



SUMBER

Dra. Desmita, M. (2011). Psikologi perkembangan peserta didik tentang "Moral". Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Hurlock, E. B. (t.thn.). Perkembangan Anak tentang "Moral". Jakarta: PT. Gelora Aksara Pratama.
http://www.kompasiana.com/ditarahayu/makalah-krisis-moral-remaja-pada-era-globalisasi_54f7ae21a33311541d8b478c
M.Pd., D. H. (2008). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.
Syaodih, M. S. (2011). Perkembangan peserta didik. Jakarta: Universitas Terbuka.
Upton, P. (2012). Psikologi Perkembangan tentang "Moral". Jakarta: PT GELORA AKSARA PRATAMA

Komentar

  1. Best Casino for Make Money From Online Gambling
    The most common casino for 바카라 사이트 making money online is RealTime Gaming. It provides a range of 바카라 games and services. The gaming งานออนไลน์ market is growing exponentially

    BalasHapus
  2. Lucky Club Casino Site | Live Games
    Lucky Club Casino · Live Casino · Live Casino · Jackpots · Live Games · Live Casino. Live Casino luckyclub.live · Poker · Bingo Games. Join Our Team.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

perkembangan aspek religi anak usia dini